MARITO SUKSES

Rabu, 15 Februari 2012

KONSELING PRA-NIKAH


 Yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan kita dengan pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan kita untuk mengatasi ketidakcocokan. Cinta mungkin terlihat ideal, tetapi sesungguhnya pernikahanlah yang benar-benar aktual. Ketidakjelasan antara yang ideal (apa seharusnya) dan yang aktual (apa adanya) memang tak pernah berujung. Statistik memperlihatkan perlunya menemukan kiat menempuh pernikahan yang sukses. Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada pasangan (sebelum menikah) bisa menjadi alternatif solusi melanggengkan perkawinan yang sehat, serasi dan bahagia.
Banyak pasangan enggan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penting sebelum mulai menikah karena ia takut menemukan ketidakcocokan yang bisa jadi menggagalkan rencana pernikahannya, keterbatasan pengetahuan dan rasa canggung yang ada. Tetapi, mengetahui hal-hal tersebut sebelum menikah jelas lebih baik daripada harus mengalami stres setelah manikah. Tiap pasangan biasanya mempunyai banyak alasan untuk menikah, tapi konflik satu hal saja dapat mengarahkan mereka untuk bercerai.
Banyak pasangan yang tidak siap menikah dan mereka tidak diberi kesempatan belajar mengenai hal-hal yang bisa melanggengkan hubungan rumah tangga mereka, bahkan mereka juga tidak mengetahui kriteria pasangan yang tepat untuk mereka. Pernikahan bukan sekedar perencanaan atau seperti gambaran pengantin ideal di televisi dan di film-film.
Saat seseorang mencari pasangan, ia harus menyadari bahwa tidak ada orang yang sempruna; setiap orang pasti mempunyai kesalahan dan kelemahan. indahnya pernikahan justru kala menemukan suami atau istri yang dapat menjadi teman dalam pencarian spiritual, mitra membangun hidup, dan pelipur meskipun dia mempunyai kelemahan.
Menjadi suami atau istri yang baik bukanlah hal yang mudah, menjaga keseimbangan antara deskripsi masing-masing. Karena menjaga kebahagiaan rumah tangga itu sangat rumit, tiap pasangan suami-istri haruslah mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan itu dan memahami realitas tersebut sebelum menikah. Hal ini yang membuat proses konseling pra-nikah menjadi sangat penting.
Calon pengantin dianjurkan mencari seorang perantara sebagai pembimbing yang dapat menjelaskan realitas pernikahan kepada keduanya. Si perantara sebaaiknya telah dikenal baik oleh kedua belah pihak dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang dunia pernikahan, karena ia juga bisa menjadi penengah kala timbul masalah setelah menikah kelak. Memperhatikan saran orang lain sebelum dan sesudah menikah sangatlah membantu. Tiap pasangan haruslah menyadari bahwa salah satu solusi untuk mempersiapkan calon pengantin adalah konseling pra-nikah.
Sayangnya, konseling seperti ini cenderung ditolak karena dianggap melanggar tabu. Padahal, konseling pra-nikah dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin untuk menganalisis kemungkinan masalah dan tantangan yang akan muncul dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka kecakapan untuk memecahkan masalah. Sayangnya lagi, tidak tersedianya bahan bacaan yang memadai untuk bisa menyelenggarakan pelayanan seperti ini. Beberapa bahan bacaan tentang pernikahan yang sudah ada pun tidak memberikan gambaran yang komprehensif tentang tantangan yang dihadapi pasangan suami-istri. Prosesi konseling pra-nikah diharapkan dapat memberi panduan dan jangan sapai hanya menjadi ritual semata pada akhirnya.
Konseling pra-nikah sangatlah penting sebagai wahana membimbing dua orang yang berbeda untuk saling berkomunikasi, belajar menyelesaikan masalah dan mengelola konflik. Keterampilan ini jelas-jelas sangat penting dalam perjalanan kehidupan rumah tangga mereka. Pasangan muda sangat membutuhkan konseling terutama untuk memperjelas harapan-harapan mereka pada pernikahannya dan memperkuat hubungan sebelum menikah.
Konseling pra-nikah akan membantu mereka melihat pernikahan dan rumah tangga secara realistis, mendorong mereka mempertanyakan ulang apa yang sebetulnya mereka sebut pernikahan dan membantu mereka menemukan persamaan yang mungkin menjadi sebab mereka hidup bersama. Konselor (penasihat) bukanlah orang yang akan menyelesaikan semua masalah yang mereka hadapi. Ia hanya orang ketiga yang menjadi perantara dan menyodorkan cara-pandang lain dalam mengeksplorasi hubungan mereka.

0 komentar:

Posting Komentar