MARITO SUKSES

Minggu, 02 Oktober 2011

BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS



BIMBINGAN DAN KONSELING
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A.    PENDAHULUAN
Berdasarkan sejarah perkembangan pandangan masyarakat terhadap anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) maka dapat dicatat bahwa kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus dan keluarganya masih banyak yang terabaikan selama bertahun-tahun hingga saat ini. Sejarah juga mencatat bagaimana tanggapan sebagian besar masyarakat terhadap keberadaan anak-anak tersebut dan keluarganya. Sebagian besar masyarakat

masih ada yang menganggap kecacatan atau kelainan yang disandang oleh anak berkebutuhan khusus sebagai kutukan, penyakit menular, gila, dan lain-lain. Akibat dari itu maka ABK dan keluarga ada yang dikucilkan oleh masyarakatnya. Ada diantara ABK sendiri yang menarik diri tidak mau berbaur dengan masyarakat karena merasa cemas dan terancam.

Kondisi tersebut tentunya membawa dampak langsung maupun tidak langsung terhadap tumbuh kembang ABK, bahkan terhadap keluarganya (kedua orangtuanya). Thompson dkk. (2004) menyatakan bahwa pandangan atau penilain negative dari lingkungan terhadap ABK dan keluarganya merupakan tantangan terbesar selain kecacatan yang disandang oleh ABK itu sendiri dan dampaknya dapat dirasakan langsung oleh yang bersangkutan beserta keluarganya. Bahkan cara pandang masyarakat yang negative menjadi stigma yang berkepanjangan (Rahardja, 2006). Dampak yang jelas sering ditemui adalah terhadap konsep diri, prestasi belajar, perkembangan fisik, dan perilaku menyimpang. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Thompson ….(2004) bahwa pandangan negative dari masyarakat terhadap kecacatan menyebabkan citra diri yang negative dari ABK.

Sehingga persoalan yang dihadapi oleh anak berkebutuhan khusus menjadi semakin bertumpuk-tumpuk. ABK tidak hanya harus mengatasi hambatan yang muncul dari dirinya sendiri, ia harus menghadapi pula berbagai tantangan atau rintangan yang datangnya dari lingkungan. Di satu sisi, ABK berupaya memenuhi kebutuhannya, sedangkan lingkungan sering tidak dapat memberikan peluang bagi ABK untuk dapat tumbuh serta berkembang sesuai dengan kondisinya itu. Maka tidak sedikit ABK tidak mencapai perkembangan yang optimal.

Semakin bertambahnya permasalahan membuat ABK menjadi kelompok yang rentan “terpinggirkan” dari kehidupan social, poolitik, budaya, ekonomi, dan pendidikan. Seolah-olah mereka bukan bagian dari anggota masnyarakat dan dianggap tidak membutuhkan hal tersebut. Sejatinya, ABK adalah anggota masyarakat juga, sama-sama makhluk tuhan yang membutuhkan banyak hal sebagaimana manusia lainnya agar mampu mengisi kehidupannya secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.

Berdasarkan keadaan sebagaimana dipaparkan di atas maka ABK membutuhkan “alat” agar dirinya mampu mengatasi hambatan yang dialaminya dan mampu hidup mandiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Alat itu diantaranya adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan diharapakan ABK memperoleh bekal hidup dan mencapai perkembangan yang optimal. Namun, dengan menumpukknya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh ABK, tidaklah cukup melalui pendidikan dengan proses belajar mengajar di kelas. ABK juga butuh layanan yang mendukung kepada keberhasilan belajar dan layanan yang memandirikan untuk mencapai perkembangan yang optimal. Layanan itu adalah bimbingan dan konseling.

Kebutuhan layanan bimbingan dan konseling ini ternyata tidak hanya dibutuhkan oleh ABK tapi juga oleh orang tuanya serta hal-hal lain yang diluar jangkauan (out of reach) kemampuan dan kewenangan guru. Menurut Thompson dkk (2004) setiap orang tua ABK itu akan memiliki permasalahan psikologis akibat dari kondisi anaknya. Permasalahan itu berupa cemas, takut, stress, merasa bersalah, over protection, dll. Sehingga orangtua pun membutuhkan layanan konseling.


B.     MASALAH
Berdasarkan pemaparan di atas maka jelas ada persoalan-persoalan yang membutuhkan layanan bimbingan dan konseling. Maka permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimanakah kebutuhan bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus?

C.    BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1.      Bimbingan dan Konseling Sebagai Layanan
Bimbingan dan konseling sebagai layanan sedikitnya memerlukan 4 pendekatan (pendekatan krisis, remedial, pencegahan, dan perkembangan). Pendekatan perkembangan dipandang pendekatan yang komprehensif sehingga disebut pendekatan komprehensif.

Sebagai layanan yang memiliki pendekatan yang komprehensif maka ada beberapa komponen di dalamnya, yaitu: asumsi dasar dan kebutuhan dasar, teori bimbingan perkembangan, kurikulum dan tujuan bimbingan perkembangan, prinsip-prinsip bimbingan perkembangan, program bimbingan dan konseling, serta kebutuhan acuan yuridis dan model nasional untuk memperoleh standar layanan juga untuk melindungi layanan bimbingan dan konseling sebagai profesi.

Sebagai profesi (konselor) maka dibutuhkan aturan-aturan dan penatalaksanaan layanan agar tidak tumpang tindih dengan profesi lain terutama dengan profesi guru. Untuk itu perlu adanya penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.

Kebutuhan konselor di sekolah luar biasa (SLB) idealnya adalah ada di setiap SLB. Tapi minimalnya ada satu konselor dalam satu gugus SLB. Keberadaan konselor diharapkan mampu mengatasi permasalahan diluar kemampuan dan kewenangan guru, misalnya melakukan layanan bimbingan dan konseling kepada orang tua ABK.

2.      Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Pada dasarnya kebutuhan anak berkebutuhan khusus sama dengan anak-anak lain pada umumnya (kebutuhan jasmani dan rohani). Tapi ada hal-hal khusus yang membutuhkan penanganan khusus, biasanya berkaitan dengan kelainan atau kecacatan yang disandangnya. Di dalam prosesnya dapat berupa pendidikan, pembelajaran yang mendidik dan memandirikan, terapi, layanan bimbingan dan konseling, layanan medis, dll.

Penanganan itu tentunya dilakukan oleh profesi yang sesuai dengan bidangnya. Artinya akan banyak ahli yang terlibat dalam rangka memenuhi kebutuhan ABK itu. Sehingga dikenal dengan pendekatan multidisipliner. Para ahli dari berbagai bidang berkolaborasi memberikan layanan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan ABK agar berkembangan secara optimal.


3.      Kebutuhan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Mengenai kebutuhan layanan bimbingan dan konseling ini, Thompson dkk (2004) menuliskan garis besarnya sebagai berikut:

a.       Anak harus mengenal dirinya sendiri
b.      Menemukan kebutuhan ABK yang spesifik sesuai dengan kelainannya. Kebutuhan ini muncul menyertai kelainannya.
c.       Menemukan konsep diri
d.      Memfasilitasi penyeusaian diri terhadap kelainan/kecacatanya
e.       Berkoordinasi dengan ahli lain
f.       Melakukan konseling terhadap keluarga ABK
g.      Membantu perkembangan ABK agar berkembang efektif, memiliki keterampilan hidup mandiri
h.      Membuka peluang kegiatan rekreasi dan mengembangkan hobi
i.        Mengembangkan keterampilan personal dan social
j.        Besama-sama merancang perencanaan pendidikan formal, pendidikan tambahan, dan peralatan yang dibutuhkan










D.    PENUTUP
Kebutuhan ABK dan keluarganya telah banyak terabaikan selama sekian tahun. Stereotip dan perilaku dari masyarakat harus berubah dalam menghadapi kecacatan. Anak-anak berkebutuhan khusus dapat belajar, menik mati hidup, mampu mandiri, produktif, dan berkembang sesuai potensinya, tentu melalui berbagai layanan, diantaranya melalui layanan bimbingan dan konseling.

Anak-anak berkebutuhan khusus adalah individu yang unik. Mereka juga mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak lainnya dan memiliki kebutuhan dasar yang sama. Ini merupakan tantangan bagi para konselor untuk berkolaborasi memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.


E.     DAFTAR PUSTAKA

ABKIN (2007). Naskah Akademik: Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Mohammad Rofiul (2010). Landasan Filosofis Bimbingan. Tersedia di: http://mohamadrofiul.blogspot.com/2010/05/makalah. [online]: 3 Oktober 2010.
Rahardja, Djadja. (2006) Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Criced University of Tsukuba, Jepang
Sunaryo Kartadinata (…).Review on Philosophy, Theory, Practice of Developmental Guidance and Counseling. tersedian di: Webpage: file.upi.edu: FIP: PPB: Sunaryo Kartadinata. [online]: 29 September 2010.
Thompson, C., Rudolph, L., dan Henderson, D. (2004). Counseling Children: sixth ed. USA: Brooks/Cole Company.

Jumat, 16 September 2011

KOMPETENSI KONSELOR


KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI
A.      KOMPETENSI PEDAGOGIK
1.       Menguasai teori dan praksis pendidikan
·         Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
·         Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran
·         Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan
2.     Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli
·         Mengaplikasikan kaidah-kaidah perilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
·         Mengaplikasikan kaidah-kaidah kepribadian, individualitas dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
·         Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
·         Mengaplikasikan kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
·         Mengaplikasikan kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
3.     Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan

·        Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal
·        Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan umum, kejuruan, keagamaan dan khusus
·        Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah serta tinggi
M
B.    KOMPETENSI KEPRIBADIAN
4.     Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
·        Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
·        Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain
·        Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur
5.     Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih
·        Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, soial, individual dan berpotensi
·        Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya
·        Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya
·        Toleran terhadap permasalahan konseli
·        Bersikap demokratis
6.     Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat
·        Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten)
·        Menampilkan emosi yang stabil
·        Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan
·        Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan frustasi
7.     Menampilkan kinerja berkualitas tinggi
·        Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif
·        Bersemangat, berdisiplin dan mandiri
·        Berpenampilan menarik dan menyenangkan
·        Berkomunikasi secara efektif
C.    KOMPETENSI SOSIAL
8.     Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja
·        Memahami dasar, tujuan, organisasi dan peran pihak-pihak lain (guru, wwali kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat kerja
·        Mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain di tempat bekerja
·        Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti guru, orang tua, tenaga administrasi)
9.     Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
·        Memahami dasar, tujuan dan AD/ART organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi
·        Menaati kode etik profesi bim bingan dan konseling
·        Aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi
10.  Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi
·        Mengkomunikasikan aspek-aspek professional bimbingan dan konseling kepada organisasi profesi lain
·        Memahami peran organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk suksesnya pelayanan bimbingan dan konseling
·        Bekerja dalam tim bersaMA tenaga paraprofesinal dan professional profesi lain
·        Melaksanakan referral kepada ahli profesi lain sesuai dengan keperluan
D.    KOMPETENSI PROFESIONAL
11.  Menguasai konsep dan praksis asesmen unruk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli
·        Menguasai hakikat asesmen
·        Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling
·        Menyusun dan mengembangkan instrument asesmen untuk keperluan bimbingan dan konseling
·        Mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli
·        Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi konseli
·        Memilih dan mengadministrasikan instrument untuk mengunkapkan kondisi actual konseli berkaitan dengan lingkungan
·        Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan konseling
·        Menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat
·        Menampilkan tanggung jawab professional dalam praktik asesmen
12.  Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling
·        Mengaplikasiakan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling
·        Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling
·        Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling
·        Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja
·        Mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
·        Mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling
13.  Merancang program bimbingan da konseling
·        Menganalisis kebutuhan konseli
·        Menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan
·        Menyususn rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling
·        Merencanakan saran dan biaya penyelnggaraan program bimbingan dan konseling
14.  Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
·        Melaksanakan program bimbingan dan konseling
·        Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling
·        Memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal dan sosial konseli
·        Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling
15.  Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
·        Melakukan evaluasi hasil, proses dan program bimbingan dan konseling
·        Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling
·        Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait
·        Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling
16.  Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika prodesional
·        Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan pribadi dan professional
·        Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik professional konselor
·        Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah konseli
·        Melaksanakan referral sesuai dengan keperluan
·        Peduli terhadap identitas professional dan pengembangan profesi
·        Mendahulukan kepentingan konseli daripada kepentingan pribadi konselor
·        Menjaga kerahasiaan konseli
17.  Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling
·        Memahami berbagai jenis dan metode penelitian
·        Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling
·        Melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling
·        Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan konseling